Menjadi Manusia Visioner
Menjadi sebuah kebanggan bila kita menjadi seorang yang selalu disayangi. Seakan-akan tak ada lagi kekhawatiran menjadi kesepian. Setiap orang dengan ramahnya, tersenyum kepada kita. Mendengar apapun yang kita bicarakan. Tak ada rasa cemas diganggu tangan-tangan jahil. Yang menjadi sebuah pertanyaan, mungkinkah hal tersebut terwujud? Mungkinkah kehidupan dunia akan semulus dan senyaman yang kita harapkan? Jawabannya tidak untuk di dunia. Semua hal itu mustahil terjadi di dunia.
Dunia ini merupakan sebuah arena dimana semua orang seakan berpacu untuk menjadi yang “ter-“. Entah itu terkaya, terpopuler, tersukses, terpandai maupun ter- ter- yang lainnya. Ya, dunia bisa diibaratkan medan perang bagi SETIAP manusia yang lahir di dunia. Setiap manusia seakan-akan musuh bagi satu sama lainnya. Tak ada kata nyaman bagi manusia di dunia ini.
Setiap detiknya akan timbul masalah-masalah baru yang harus dihadapi. Yang menjadi pertanyaan berikutnya, jika dunia ini terasa tak nyaman dan penuh dengan hal-hal yang “menyebalkan”, mengapa banyak manusia yang kerasan untuk mengejar dunia ini? Baik, dari beberapa paragraf di atas mungkin sebagian dari kita ada yang setuju namun tidak menutup kemungkinan banyak orang yang tidak setuju. Mungkin akan ada yang berkata “siapa bilang dunia ini tidak indah? Buktinya saya hidup enjoy-enjoy aja.” Atau “alaaah, gak usah didengerin orang tu, sok bilang dunia ini ndak nyaman. Emang kalo g mau hidup di dunia ini mau hidup dimana? Mars?” dan lain-lain. Sebelum kita bahas lebih lanjut ingin saya ceritakan kisah mengenai dua buah biji jagung yang saling bersahabat. Alkisah, ada dua butir biji jagung yang telah bersahabat cukup lama. Biji-bii jagung ini memiliki sifat yang jauh berbeda. Katakanlah jagung ini bernama Jaja dan Gugung. Si Jaja ini merupakan biji jagung yang suka sekali tantangan. Dia suka sekali mendengarkan dan membayangkan hal-hal yang baru. Berbeda dengan Jaja, Gugung merupakan biji jagung yang senang dalam keadaan yang sudah dianggapnya nyaman. Tak pernah terbesit sedikipun di benak Gugung untuk mencari tantangan baru dalam hidupnya. Suatu hari kedua butir biji jagung ini ditanam oleh seorang petani. Keduanya ditanam dengan kedalaman yang cukup. Tentu saja hal ini membuat kedua sahabat ini khawatir akan keadaan mereka. Namun Si Jaja, biji jagung yang memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi, mengambil keputusan untuk menumbuhkan tunasnya ke atas permukaan tanah dan menjulurkan akarnya jauh ke dalam tanah. Dia memiliki tujuan (baca: visi) yang ingin diraihnya tanpa memperdulikan rasa takutnya. Dia ingin melampiaskan rasa penasarannya untuk keluar dari dalam tanah. Tentu saja Si Jaja mengajak Gugung untuk ikut bersamanya, menumbuhkan tunas dan menacapkan akarnya untuk keluar dari keadaan yang sekarang. Tapi, Gugung justru merasa enggan untuk mengikuti jejak kawannya. Dia merasa lebih aman untuk tetap dalam keaadan yang sekarang. Gugung memang merasa takut berada di dalam tanah, namun dia lebih takut untuk keluar dari keadaannya sekarang. Dia merasa pasrah merupakan hal satu-satunya yang bisa diambil. Dia merasa tak mungkin lagi ada hal yang lebih mengerikan dari kegelapan ini. Hal ini menyebabkan Gugung takut dan enggan untuk menjulurkan akarnya menembus tanah. Dia takut akan kegelapan yang semakin pekat. Dia juga takut untuk menumbuhkan tunasnya ke permukaan tanah. Dia takut akan hal yang mungkin akan mengganggunya jika dia menjulurkan akar dan menumbuhkan tunasnya. Akhirnya, hari berganti hari, Jaja tumbuh menjadi tunas jagung yang kokoh. Akarnya menancap jauh ke dalam tanah. Tunasnya pun menjulang menantang hari. Jaja terus tumbuh menjadi tanaman jagung yang anggun. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi pada Gugung. Dia tetap menjadi biji jagung yang enggan untuk berubah. Dia merasa keadaan yang sekarang sudah cukup baik bagi dirinya. Dia terlalu diliputi perasaan khawatir untuk berubah, bermetamorfosis menjadi pribadi yang lebih baik. Hingga suatu ketika ada seekor ayam yang mengais-ngais tanah dan mendapati Gugung yang masih berupa biji jagung, kemudian anda bisa menebak apa ynag terjadi berikutnya. Dari kisah di atas, memberi gambaran kepada kita, memberi ibrah pada kita bahwa dalam hidup ini tak ada yang namanya bersantai, bermalas-malasan, stagnan, semuanya terus berubah bermetamorfosis.
Jika kita enggan untuk berubah menjadi lebih baik tentu jaman akan menggilas kita. Kita akan terhempas oleh kuatnya arus perubahan. Tentu perubahan disini perubahan yang sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena tidak ada perubahan yang hakiki tanpa dasar yang kuat. Pondasi ini tentunya harus bersumber dari Pencipta kita karena Dia lah Yang Maha Mengetahui kebutuhan dan keperluan makhluk-Nya. Menjadi seorang “Jaja” membuat diri ini terus tumbuh berkembang memberi manfaat bagi semua. Menjadikan diri ini seorang yang penuh dengan berbagai terobosan-terobosan yang bermanfaat bagi diri dan juga masyarakat. Perubahan itu perlu bahkan wajib kita lakukan untuk terus berbenah diri. Namun perlu diingat bahwa perubahan disini bukanlah perubahan yang hanya mengedepankan nafsu semata. Tidak pernah mau untuk mendengarkan pendapat orang lain yang mungkin justru dapat menjadikan diri ini menjadi lebih baik. Perubahan yang kita inginkan tentunya seperti yang dilakukan oleh para visioner. Mereka berjuang keras menghadapi berbagai tantangan tanpa kenal rasa takut, lelah, maupun gentar menghadapi berbagai rintangan, cobaan, hinaan, bahkan ancaman pada jiwa mereka. Menurut seorang trainer nasional, para visioner ini memilki pandangan yang jauh ke depan “they see something that can’t seen by eyes”. Ya, mereka mempunyai visi yang jelas. Contoh yang sangat jelas melekat pada diri sahabat Rasulullah SAW. Para sahabat tak pernah sekalipun menentang apa yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Mereka hanya berkata sami’na wa atha’na, kami mendengar dan kami taat ya Rasul. Mereka tak lelah untuk terus berjuang, berdakwah, menyebarkan risalah yang telah diwahyukan. Mereka melihat sesuatu yang tak terlihat oleh mata, Surga. Balasan luar biasa berupa surgalah yang menjadi salah satu pengobar semangat para sahabat. Disamping tentunya mereka memilki tujuan utama untuk menggapai ridho Allah SWT. Mereka berjuang keras bahkan saat memasuki hari senja pun mereka tak henti-hentinya terus berjuang. Janganlah kita bersikap seperti Gugung yang ajeg dengan keadannya yang seolah tidak memperhatikan sekitarnya. Menjadi Gugung sama saja kita membunuh potensi yang telah dikaruniakan Allah SWT pada kita. Tak pernah mau untuk terus berbenah. Konstan, tetap, stagnan. Karena hidup ini dinamis. Kadang senang kadang susah. Semua dipergilirkan. Cobaan memang tak bisa lepas dari hidup kita. Karena memang tanda manusia itu masih hidup yakni dengan adanya cobaan yang menimpa. Cobaan-cobaan ini merupakan salah satu cara-Nya untuk dapat mengangkat derajat kita. Semua hinaan, cemoohan, maupun pengucilan dari diri ini akibat keinginan kita untuk lebih baik, menjadi insan yang lebih dekat dengan Sang Khalik dengan berusaha menegakkan Dien-Nya di seluruh dunia, justru menambah kemuliaan kita di sisi Allah. Jangan takut dan jangan bersedih karena tak akan ada yang luput dari cobaan. Bahkan seekor ulat pun harus berjuang keras keluar dari kepompong untuk bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Sebuah cangkir cantikpun harus melalui beberapa kali proses pemansan dengan suhu tinggi supaya tampak indah. Menjadi pribadi yang visioner memang hal yang berat namun bukan hal yang mustahil. Bukankah kita semua ingin sebuah kehidupan yang nyaman, aman, tentram, dan segala apa yang menjadi keinginan kita dapat terpenuhi? Kehidupan yang seperti itu memang mustahil di dunia tapi sebuah kepastian di surga-Nya. Syarat masuk surga pun cukup mudah, HANYA dengan menaati SEMUA perintah Allah SWT dan menjauhi SEMUA yang dilarang-Nya baik dalam lingkup pribadi, keluarga, masyarakat maupun NEGARA. Mari saudaraku, ummat menunggu kita. Mereka menungu para visioner-visioner agung pengemban Islam. Oleh karena itu, mari ikhwanifillah, saudaraku karena Allah, bahu membahu untuk selalu menegakkan Dien-Nya. Marilah kita ber-fastabikulkhairat dengan bersama-sama saling nasehat menasehati dalam yang haq dan dalam kesabaran. Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (TQS Al ‘Ashr:1-3) Jember, 11 Mei 2011
0 komentar:
Post a Comment